Konsep Eksistensialisme pada Keputusasaan


 

Eksistensi merupakan suatu keadaan yang aktual yang ada di dalam ruang serta waktu (Bagus, 1996:187). Dalam psikologi eksistensial memiliki konsep utama yaitu perilaku sebagai bahan kajian. Eksistensial sebagai salah satu aliran dari psikologi memiliki konsep being yaitu merujuk pada ke-mengada-an dalam bereksistensi (Ahmadi, 2019:55).

Dalam eksistensialisme, keputusasaan secara umum didefinisikan sebagai putusnya asa. Dalam Works of Love ia mengatakan:

Ketika sifat duniawi kehidupan dunia yang tidak penting ini berhenti saat dihadapkan dengan kebanggaan terhadap diri sendiri, udara tiba-tiba menjadi beracun, waktu tiba-tiba berhenti, setiap tujuan menjadi hilang, terdapat semacam kebutuhan untuk angin yang menyegarkan dan menghidupkan, membersihkan udara, dan menghilangkan uap-uap beracun, yang menyelamatkan kita dari keduniawian. ... Mengharapkan semua hal dengan penuh cinta adalah lawan dari mengharapkan ketiadaan dengan penuh rasa putus asa. Cinta mengharapkan semua hal, namun tidak pernah dipermalukan. Harapan adalah merelasikan diri sendiri dengan kemungkinan kebaikan. Ketakutan adalah merelasikan diri sendiri dengan kemungkinan kejahatan. Dengan keputusan untuk memilih harapan, seseorang menentukan jauh lebih banyak daripada yang tampak pada awalnya, karena harapan adalah sebuah pilihan untuk selamanya.


Konsep keputusasaan eksistensialis yang dipegang umum adalah keadaan yang dialami seseorang ketika mereka tidak dalam keputusasaan yang mendalam. Apabila seseorang bergantung pada sifat-sifat yang dapat runtuh, mereka berada dalam keputusasaan yang terus-menerus.

Seperti pada definisi Kierkegaard di dalam Either/Or: "Biarkan setiap orang belajar apa yang mampu dipelajarinya; kita semua dapat mempelajari bahwa kesedihan seseorang tidak pernah berada dalam ketiadaan kendali akan kondisi eksternalnya; hal ini hanya akan membuatnya benar-benar tidak bahagia."


Richo galih Prasetya

Komentar

Postingan populer dari blog ini